Sabtu, 11 Juni 2011

PAPER ILMU LINGKUNGAN
MASALAH LINGKUNGAN YANG TIMBUL AKIBAT DARI MENINGKATNYA JUMLAH POPULASI MANUSIA DI KOTA-KOTA BESAR INDONESIA







Oleh
Nama            : Deby Kurnia Dewi
NIM             : 09312241007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011




“MASALAH LINGKUNGAN YANG TIMBUL AKIBAT DARI MENINGKATNYA JUMLAH POPULASI MANUSIA DI KOTA-KOTA BESAR INDONESIA”

Kepadatan populasi dapat didefinisikan jumlah populasi manusia yang menempati suatu luas (areal) tertentu dalam kurun waktu tertentu yang tidak didukung dengan sumber daya yang memadai di areal tersebut. Kepadatan populasi dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduk yang berkaitan dengan kualitas lingkungannya, terlebih lagi jika lingkungan tersebut tidak mampu lagi memberikan daya dukung yang baik bagi penghuninya. Selain itu, pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga meningkat pesat. Kegiatan ekonomi atau pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Pada dasarnya, semua kebutuhan manusia dipasok dari lingkungan yang merupakan sumber daya alam. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang dapat diperoleh dari lingkungan untuk keperluan manusia. Semakin meningkat jumlah popolasi semakin banyak sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya kebutuhan pangan, kebutuhan air bersih, kebutuhan udara bersih dan kebutuhan lainnya.
Akibat dari kepadatan populasi yaitu meningkatnya jumlah produksi sampah di suatu wilayah. Sampah dimanapun tempatnya selalu menjadi biang masalah bagi lingkungan, terlebih lagi di kota-kota besar. Secara umum sampah ini berasal dari sampah rumah tangga.
Saat ini produksi sampah sudah dalam kondisi membahayakan. Jumlah produksi sampah yang terus mengalami peningkatan juga berpotensi mengganggu kesehatan lingkungan hidup. Salah satu penyebab jumlah produksi sampah yang semakin meningkat antara lain pencemaran air. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat menyebabkan semakin berkurangnya ketersediaan air bersih.


 

Gambar 1. Pencemaran Air akibat dari Kepadatan Populasi Manusia
Pelayanan sanitasi di banyak kota tidak bertambah, atau bahkan menurun karena adanya kerusakan saluran pembuangan. Misalnya di kebanyakan kota saluran pembuangan  jumlahnya tidak bertambah yang ada itu pun sebagian mengalami kerusakan. Sumber air yang tercemar limbah menyebabkan epidemi penyakit yang ditularkan oleh hewan juga mudah terjadi, misalnya demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Selain itu kebiasaan untuk membuang sampah di mana-mana, antara lain kaleng bekas yang berisi air setelah hujan, telah menciptakan banyak tempat untuk berkembang-biaknya nyamuk ini.
Di kota-kota besar pencemaran air biasanya berasal dari buangan limbah industri. Di wilayah ini sangat memungkinkan terjadinya penurunan kualitas air permukaan. Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
Namun, juga tidak hanya berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah masyarakat di wilayah kota itu sendiri. Yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang langsung membuang kotoran atau tinja maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-sungai yang ada di kota-kota besar bertambah cepat.
Untuk menanggulangi pencemaran air ini, hendaknya masyarakat atau tiap orang tidak membuang sampah dan limbah ke aliran sungai, membersihkan sampah dan memperdalam sungai agar air berjalan lancer dan tidak menyumbat aliran sungai, jika terjadi hujan tidak menyebabkan banjir, membuat daerah penampungan air (danau buatan), agar pada musim hujan air dapat tertampung dan pada musim kemarau kidak mengalami kekeringan, sehingga kebutuhan air tercukupi, jika membuat sumur harus diperhatikan jarak antara sumur dengan septiktank, baik septiktank sendiri maupun septiktenk tetangganya. Jarak yang baik paling tidak kurang lebih 10 meter. Sedangkan untuk limbah pabrik di kota-kota besar, sebelum membuang limbahnya ke sungai, pabrik-pabrik harus mengolah limbahnya terlebih dahulu di bak-bak pengolahan limbah hingga memenuhi sarat baku mutu air (tanda air limbah yang sudah diolah adalah jika digunakan untuk memelihara ikan, ikan tidak mati).
Selain pencemaran air, kepadatan populasi juga menyebabkan pencemaran udara. Pencemaran udara adalah masuknya limbah ke dalam udara yang mengakibatkan fungsi udara turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia. Pencemaran udara disebabkan oleh partikel debu, asap kendaraan dan dari cerobong asap industri dan gas kimia dari industri kimia.

 
Gambar 2. Sumber-sumber pencemaran udara
Di daerah yang berpenduduk padat dan tingkat mobilisasi penduduknya tinggi, hampir boleh dikatakan udaranya pengap dan panas terutama pada jam-jam sibuk. Berbagai aktifitas manusia seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor dan pembakaran sampah merupakan faktor penyebab terjadinya pencemaran udara.
Kemacetan yang semakin sering kita jumpai di ruas-ruas jalan kota-kota besar dapat dikatakan sebagai indikator makin bertambahnya jumlah kendaraan yang ada di kota ini. Penduduk di kota mengalami peningkatan karena adanya berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut adalah tersedianya sekolah-sekolah yang cukup unggul. Konsekuensinya, semakin banyak penduduk semakin banyak pula yang membutuhkan kendaraan. Perlu diketahui bahwa banyaknya jumlah kendaraan yang beroperasi selalu berbanding lurus dengan banyaknya jumlah polusi udara. Emisi dari kendaraan-kendaraan yang beroperasi menimbulkan dampak berupa zat-zat polutan yang dapat merusak lingkungan hidup dan sangat berdampak terhadap iklim mikro dan pemanasan global.
Untuk memperbaiki keadaan lingkungan supaya udaranya bersih, penduduk sebaiknya menanam tanaman di sekitar pekarangan rumah, tidak sembarangan menebang dan merusak tanaman, tidak terlalu sering menggunakan kendaran pribadi. Jika sebahagian besar penduduk menggunakan kendaraan umum, maka jumlah kendaraan yang digunakan akan berkurang. Sehingga polusi udara yang dihasilkan juga berkurang. Sedangkan bagi pabrik-pabrik yang membuang limbah berupa gas agar memasang alat penyaring asap dan debu. Pemerintah memberlakukan batasan emisi bagi pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor sesuai dengan mutu baku udara secara ketat.
Selain itu, pesatnya pertambahan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lahan, baik lahan pertanian, pemukiman maupun perindustrian. Banyak lahan pertanian yang dijadikan tempat pemukiman, industri, dan gedung pemerintah menyebabkan semakin sempitnya lahan. Bahkan lahan pemukiman yang ada belum dapat mencukupi kebutuhan manusia sehingga banyak yang menempati daerah-daerah yang semestinya tdak digunakan sebagai pemukiman yang menyebabkan meningkatnya pula pencemaran tanah.
Di kota-kota besar terutama Jakarta merupakan sasaran para pencari kerja dari pedesaan dimana dengan adanya modernisasi teknologi, rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan kehidupan serba mewah yang ada di kota besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya. Para pendatang seringkali tidak mempunyai tempat tinggal, akibatnya banyak yang membuat gubuk-gubuk liar di tepi rel atau di tepi sungai. Hal ini memperburuk keadaan lingkungan karena selain mengganggu pemandangan juga menurunkan kesehatan lingkungan, akibatnya timbul berbagai jenis wabah penyakit.

Gambar 3. Pemukiman Padat Penduduk
Gambar diatas merupakan gambaran padatnya pemukiman di kota-kota besar. Saat ini banyak rumah yang besarnya hanya beberapa meter persegi saja, tingginya satu meter, terbuat dari plastik dan menempel pada tembok halaman orang. Ada pula yang penduduk bermukim di bawah jembatan. Rumah tidak mempunyai jamban, sumber air bersih dan tempat pembuangan sampah. Kebiasaan di desa untuk membuang air besar di mana-mana dilakukan pula di sini. Hal ini merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan akibat bertambahnya populasi manusia di kota-kota besar.
Jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan berarti kebutuhan pangannya juga semakin meningkat. Kondisi akan lebih parah bila hasil panen gagal oleh berbagai hal seperti serangan hama atau bencana alam kekeringan. Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Bahan makanan manusia bisa berasal dari hewan maupun tumbuhan, yang diperoleh dari lingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, maka hutan pun mulai dibabat habis untuk menambah jumlah lahan pertanian yang ujungnya juga makanan untuk manusia. Konversi hutan menjadi tanah pertanian bisa menyebabkan erosi. Selain itu bahan kimia yang dipakai sebagai pupuk juga menurunkan tingkat kesuburan tanah. Akibatnya kemampuan tanah untuk menyerap air pun berkurang sehingga menambah resiko dan tingkat bahaya banjir. Dengan adanya populasi manusia adalah ancaman terbesar dari masalah lingkungan hidup di kota-kota besar. Setiap orang memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup.
Dapat disimpulkan bahwa dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang per satuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah per satuan luas juga bertambah. Dapat pula dikatakan di kota-kota besar, terjadi konsentrasi produksi limbah. Pencemaran limbah domestik mempunyai banyak akibat buruk. Yang paling ringan ialah menurunnya  keindahan lingkungan. Penurunan keindahan itu sering diikuti oleh bau busuk.
Meningkatnya populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan perumahan, sehingga menyebabkan bertambahnya kebutuhan kayu dan banyak terjadi penebangan hutan secara liar. Adanya penebangan hutan secara liar dapat mengakibatkan erosi dan banjir. Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan pula bertambahnya penggunaan bahan bakar, hal tersebut dikhawatirkan menyebabkan persediaan sumber daya alam semakin menipis dan mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan merupakan dampak negative yang ditimbulkan oleh kepadatan populasi manusia serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya dalam bidang pertanian, penggunaan buatan dan obat-obat anti hama, ternyata dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah.
Peningkatan populasi penduduk yang tidak terkendali juga dapat merusak lingkungan antara lain terjadinya penebangan hutan untuk arel permukiman maupun areal pertanian. Penebangan hutan yang tidak terkendali dapat menyebabkan bencana seperti banjir dan tanah longsor. Disamping itu kekayaan atau sumber daya hayati di hutan itu akan hilang akibat habitatnya terganggu. Meningkatnya jumlah populasi menyebabkan peningkatan jumlah kebutuhan pangan sehingga dibukalah arel pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan. Di samping itu tanah atau lahan pertanian dipaksa untuk menghasilkan jumlah pangan yang dapat mencukupi kebutuhan penduduk. Akibatnya tanah sering dipupuk untuk memperoleh hasil yang cukup. Pemupukan yang tidak terkendali dapat menyebabkan tanah menjadi rusak karena terpolusi oleh pupuk buatan, sehingga lama-kelamaan tanah tidak dapat ditanami kembali karena bersifat asam. Sampah rumah tangga meningkat, sedangkan tempat pembuangan terbatas sehingga sampah menjadi bertumpuk. Sampah yang bertumpuk merupakan pusat penyebaran penyakit tertentu. Selain itu, sisa deterjen yang tidak dapat dihancurkan atau diuraikan oleh mikroorganisme dapat mencemari air sungai. Jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat akan menyebabkan pencemaran udara yang dapat mengganggu pernapasan. Perkembangan industri yang semakin pesat guna mengimbangi kebutuhan penduduk dapat menimbulkan masalah pencemaran udara dan air.
Untuk memperbaiki keadaan lingkungan, penduduk di kota-kota besar seharusnya melakukan usaha-usaha antara lain, menanam tanaman di sekitar rumah agar oksigen yang dihasilkan tumbuhan melalui proses fotosintesis bertambah dan udara menjadi segar, membuat penampung kotoran yang tertutup agar tidak mencemari lingkungan, memanfaatkan sampah untuk pupuk kompos atau didaur ulang untuk dijadikan benda lain yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Pertumbuhan Penduduk: Ancaman Terbesar Masalah Lingkungan. Diakses dari http://akuinginhijau.org/2008/05/04/pertumbuhan_penduduk/ pada tanggal 08 Juni 2011 pukul 10.44

Anonim. 2008. Strategi Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Diakses dari http://hukum.jogjakota.go.id/?pilih=lihat&id=71 pada tanggal 08 Juni 2011 pukul 10.44

Anonim. 2010. Produksi Sampah Warga Yogya Membahayakan. Diakses dari http://jogjainfo.net/produksi-sampah-warga-yogya-membahayakan.html pada tanggal 08 Juni 2011 pukul 10.42






 




0 komentar:

Posting Komentar